Inspiring the World

Eka Maulana, ST., MT., M.Eng

econtechLahan hutan tanaman, perkebunan, dan pemukiman yang terus bermunculan menyebabkan menurunnya habitat satwa liar. Hal ini sering memicu konflik antara manusia dan satwa. Menilik hal itu, tiga mahasiswa Universitas Brawijaya yang terdiri dari Ana Bella Dianisma (Elektro ’15), Candra Sabdana Nugroho (Elektro ’16), dan Ahmad Ulil Amin (Peternakan ’16) membuat alat pencegah konflik antara gajah dan manusia. Alat yang disebut dengan E-ConTech (Elephants Conserve Technology) ini dibuat dibawah bimbingan Eka Maulana ST, MT, M. Eng.

E-Contech merupakan sebuah sistem yang dapat mencegah terjadinya konflik antara gajah dengan manusia dengan memanfaatkan frekuensi suara dan bentuk fisik lebah madu. Lebah madu dipercaya dapat mengganggu dan mengusir gajah agar menjauhi permukiman warga.

“Sistem instrumentasi dari ide kami ini terdiri dari dua bagian utama, yang pertama terdapat alat di dekat sarang lebah dan alat yang kedua terletak kurang lebih 8 meter di depan sarang lebah,” ujar Ana saat ditanya mengenai cara kerja E-ConTech.

Ia juga menjelaskan, di bagian pertama alat ini terdiri dari amplifier, motor vibrator, dan nRF24L01 sedangkan bagian kedua terdiri dari PIR sensor, microwave sensor, dan nRF24L01.

Dalam penerapannya koloni lebah madu dimasukkan ke dalam wadah yang sudah didesain dengan mendukung faktor kenyamanan koloni lebah madu. Dengan memanfaatkan amplifier yang dipasang di bawah wadah, amplitudo dari gelombang suara lebah madu akan dikuatkan, agar suara lebah madu dapat terdengar gajah dengan jarak yang cukup jauh. Jika gajah masih tetap mendekat, motor vibrator DC akan menggetarkan wadah yang berisi koloni lebah madu untuk membuat koloni lebah merasa ada bahaya, sehingga koloni lebah lebih agresif terhadap sesuatu yang mendekati sarangnya.

Galeb (1)“Gajah sangat terganggu dan takut dengan koloni lebah. Mereka khawatir lebah dapat menyengat dan masuk ke dalam belalainya. Kalau sudah begitu biasanya gajah akan menghindar. Seandainya ditempatkan di dekat pemukiman warga, ini akan membuat gajah menjauhinya,” terang Chandra, salah satu anggota kelompok.

Konsep alat ini, dilengkapi dengan sistem otomatis berupa metode “animal presence detection” yang terletak pada alat di depan sarang lebah. Alat ini menggunakan dua parameter untuk mendeteksi kehadiran gajah. Metode ini merupakan sistem pendeteksian keberadaan hewan sekitar dengan menggunakan Passive Infrared Sensor (sensor panas tubuh) dan digital microwave sensor (sensor radar) yang dikombinasikan dengan sistem tripwire alarm.

Sistem tripwire alarm ini menggunakan dua buah tali yang diikatkan pada tiang. Tali pertama memiliki ketinggian 0,5 meter dan tali kedua dengan ketinggian 2 meter dari permukaan tanah. Hal tersebut berdasarkan rata-rata tinggi gajah yang sering masuk ke permukiman warga. Saat kedua tali terlepas dari alat pendeteksian maka sensor akan menyala, sehingga sensor akan mendeteksi keberadaan gajah. Namun jika hanya salah satu tali yang terlepas, maka sensor tidak akan menyala.

Galeb (3)Ketika sensor mendeteksi keberadaan gajah, perintah “on” akan dikirimkan dengan nRF24L01 (komunikasi radio) ke alat yang berada didekat sarang lebah, sehingga amplifier dan motor vibrator akan menyala. Dengan menggunakan prinsip kerja seperti itu, dapat mengatur efisiensi daya yang dipakai. Sumber daya yang dipakai adalah dari aki. Untuk mengisi ulang daya pada aki dengan menggunakan panel surya sebagai energi alternatif.

Saat ini E-ConTech masih dalam proses pengajuan paten. Harapannya alat ini dapat diterapgunakan di perbatasan untuk mencegah konflik antara gajah dan manusia. “Koloni lebah dalam wadah dapat menghasilkan madu, jadi jika didaya gunakan dengan maksimal, alat kami juga bisa mengangkat perekonomian warga sekitar,” tambah Chandra. (mic)
Sumber: FT-UB

 

Both comments and pings are currently closed.