Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin. Penyakit ini menjadi beban besar bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung atau melalui komplikasi-komplikasinya. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah adanya luka pada anggota gerak hingga berujung pada tindakan amputasi akibat luka yang tidak dirawat dengan baik.
Hal inilah yang menjadi latar belakang diciptakannya KYUBI (Kill Your Bacteria) oleh lima orang mahasiswa Universitas Brawijaya. Adalah Fahad Arwani, Reno Muktiaji Herdhiansyah (Teknik Elektro UB), Arfianita Ramadhani, Putro Aneswari (Ilmu Keperawatan UB), dan Muhammad Fahri Akbar (Ekonomi Pembangunan UB) yang berhasil menciptakan alat berkekuatan listrik untuk membunuh bakteri dan mengurangi luka pada penderita DM.
“Alat ini menggunakan tegangan dibawah 9 volt untuk membunuh bakteri khusus pada luka diabetes sejak awal” ujar Fahad ketika ditemui PRASETYA pada Jumat (28/2). “Tegangan 9 volt ini adalat batas tegangan listrik yang dapat ditoleransi oleh tubuh manusia,”tambahnya.
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin. Penyakit ini menjadi beban besar bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung atau melalui komplikasi-komplikasinya. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah adanya luka pada anggota gerak hingga berujung pada tindakan amputasi.
Alat ini dilengkapi dengan gel yang akan diletakkan sedemikian rupa sehingga posisi luka berada di antara kedua gel elektrolit. Kemudian operator menghidupkan alat. Sesaat setelah alat dihidupkan, alat akan menghasilkan keluaran berupa pulsa listrik DC dengan frekuensi sesuai dengan pengaturan yang telah ditetapkan programmer sebelumnya. Pulsa listrik ini akan melewati luka dan melakukan kompresi listrik dan memecah membran sel bakteri.
Sedangkan menurut Arfianita dan Putri, alat ini bisa menjadi alternatif pengobatan luka karena diabetes. “Selama ini, harga obat untuk luka diabetes masih tergolong mahal, bahkan satu butir obat bisa mencapai lebih dari lima ratus ribu. Alat ini dapat menjadi salah satu alternatifnya”, terangnya. Hasil ujicoba in vitro alat ini juga cukup memuaskan. Dalam waktu lima menit, mampu membunuh seratus persen sejumlah bakteri.
Alat yang telah memenangkan kategori Internasional pada ajang ESPRIEX 2013 yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Administrasi ini tengah menempuh proses uji klinis dan pengusahaan hak paten” ujar Fahri. [vicky]
Sumber: Humas UB