KYUBI Juara 1 SOI Asia
Setelah beberapa waktu yang lalu berhasil meraih penghargaan sebagai 1st Place ESPRIEX BMC 2013 International Category di ajang ESPRIEX Business Model Competition 2013, Kill Your Bacteria (KYUBI) kembali mengukir prestasi di ajang internasional bertajuk SOI Asia Business Plan Contest 2013. Tim yang yang terdiri dari Fahad Arwani (Elektro FTUB), Reno Muktiaji Herdhiansyah (Elektro FTUB), Kalvin W. M. (Elektro FTUB), Yanuar Linggar (Elektro FTUB), dan M. Fahri Akbar (Ekonomi Pembangunan FEUB) ini berhasil keluar sebagai juara 1 di ajang SOI Asia Business Plan Contest 2013 yang diselenggarakan oleh SOI Asia Platform Bisnis LLP yang bergerak di bidang bantuan pengusaha, dan didukung oleh Keio University Jepang. Tim Kyubi berhasil menyisihkan finalis dari universitas-universitas terkemuka seperti Institut Teknologi Bandung, University Sains Malaysia, University Computer Science Yangon (Myanmar), dan Keio University (Jepang).
Tim Kyubi mempresentasikan alat yang berfungsi untuk membasmi Methicillin-resistantStaphylococcus aureus (MRSA) pada luka diabetes. Namun yang membedakan dari sebelumnya, kali ini KYUBI dikembangkan melalui pemanfaatan antena dalam alat ini. “Kita coba kembangkan alat ini dengan antena sehingga cukup dengan radisasi saja sudah dapat membunuh bakteri. Diharapkan dengan mengobati tanpa menyentuh objek yang diderita dapat membantu secara psikologis pasien yang takut dengan kejutan listrik,” tukas ketua tim KYUBI Fahad Arwani.
KYUBI sendiri dikembangkan melalui riset mahasiswa dan bimbingan dosen lintas fakultas (FTUB, FKUB, FEUB). “Ide awalnya sehingga berkembangnya alat ini berasal dari Dr. Syahrul Chilmi dari FKUB, dia mengadakan riset mengenai bakteri MRSA mulai tahun 2006,” tambahnya.
Dengan tenaga baterai 9 Volt, cukup dengan 5 menit KYUBI diklaim bisa membasmi bakteri MRSA hingga 100 % bila disentuh langsung dengan obyek yang diderita. “Dengan antena masih dalam tahap pengujian, radiasi yang optimal masih kita ukur. Namun kita optimis, dengan ketelatenan hasil yang diharapkan akan segera tercapai,” ujar mahasiswa angkatan 2010 ini.
Dalam business plan yang dibuat, biaya produksi dari alat ini menghabiskan sekitar 50-70 US dolar dan dipasarkan dalam range 400 US Dolar.
“Penyusunan proposal dimulai bulan November 2013 yang lalu. Kami presentasi tanggal 18 Desember 2013 via video conference difasilitasi oleh PPTI UB dan pemenang diumumkan tanggal 8 Januari 2014. Dengan memenangi ajang ini, kami berkesempatan untuk mengunjungi Keio University Jepang. Disana kita ingin belajar mengenai financial accounting-nya lebih dalam lagi. Bila ada kesempatan lebih, kami ingin memperdalam ilmu antena-nya di Chiba University Jepang,” tambah mahasiwa Elektro Konsentrasi Telekomunikasi ini.
Nama KYUBI terinspirasi dari rubah berekor sembilan yang melegendaris di Jepang. Kyubi bekerja dengan cara ‘menyetrum’ bakteri MRSA dan dikombinasikan dengan obat antibiotik. “Dengan listrik, lapisan pelindung sel bakteri akan melemah sehingga obat antibiotik yang diberikan dapat lebih efektif membunuh bakteri tersebut,” pungkasnya.(andi/emis)