Era perkembangan transformasi yang semakin pesat, pelayanan pasien di fasilitas kesehatan juga mengalami transformasi yaitu dari era manual menjadi era digital. Akan tetapi, sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum menetapkan standar dan kebijakan teknologi informasi, hal ini menyebabkan pelayanan yang terbatas. Padahal permintaan pelayanan semakin meningkat setiap harinya sehingga antrian pun akan memanjang dan tidak efisien, akibatnya tingkat kepuasan pasien terhadap sistem pelayananpun bisa menurun.
Mitra kami yaitu, RS Geriatri Teja Husada yang berada di kepanjen, Malang merupakan rumah sakit yang sudah memiliki system database namun belum memiliki alat recorder dan identifier. Permasalahan yang sering terjadi ialah sulitnya menangani pasien dalam jumlah banyak sehingga waktu pelayanan administrasi menjadi lama.
Dengan dibimbing Eka Maulana, ST., MT., M.Eng tim yang beranggotakan Habsari Yusrindra Siwi (FK), Fadhyla Widya Puspitasari (FK), Ayu Lestari (FK), Reza Kemal Firdaus (FT), dan Bayu Abi Pamungkas (FT) merancang sebuah alat yang bernama IAR PHD. IAR PHD menggunakan teknologi Radio Frequency Identification (RFID).
RFID merupakan sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label atau kartu RFID adalah sebuah benda yang bisa dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Label RFID terdiri atas mikrochip silikon dan antena. Label RFID terdiri atas mikrochip silikon dan antena. Label yang pasif tidak membutuhkan sumber tenaga, sedangkan label yang aktif membutuhkan sumber tenaga untuk dapat berfungsi.
Pada umumnya teknologi recorder pada rumah sakit masih menggunakan barcode, magnetic dll. Tetapi pada IAR PHD karena menggunakan RFID memiliki beberapa kelebihan yaitu data yang ditampung lebih banyak, kecepatan dalam membaca data relatif lebih cepat dari metode lain, pembacaan sangat mudah karena RFID tidak terpengaruh oleh bentuk. Tidak seperti pada barcode ketika barcode rusak maka sulit terbaca.
Diharapkan dengan adanya teknologi RFID dapat mempersingkat waktu pelayanan administrasi sehingga kepuasan pasien dapat meningkat. [Sumber: Humas ub]
Both comments and pings are currently closed.