Energi Alternatif Tenaga Surya perlu Diperkenalkan Sejak Dini
Masih dalam lingkup pengabdian kepada masyarakat, dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT-UB) memperkenalkan konsep edupreneur piranti elektronik berbasis panel surya kepada siswa sekolah dasar (SD).
Kegiatan yang dipusatkan di Jurusan TE-UB, Sabtu (9/4/2016) tersebut, melibatkan 83 siswa SD Surya Buana Malang. Adapun acara yang diprakarsai dosen Eka Maulana, ST., M.Eng dan Akhmad Zainuri, ST., MT ini berlangsung selama empat jam.
Materi yang disampaikan di dalam kelas berupa teori pengenalan energi alternatif dan prinsip kerja pembangkit listrik tenaga surya. Kemudian peserta dibekali materi praktek lapangan berupa pengukuran energi listrik yang dihasilkan dari proses konversi energi listrik.
“Harapannya merubah mindset anak-anak agar tidak tergantung dengan energi konvensional. Bahwa ternyata dengan listrik satu sel saja sudah bisa menghidupkan lampu, bisa disimpan ke baterai, atau mengisi handphone,” ujar Eka.
Dengan demikian, lanjut Eka, kegiatan ini sedikit banyak dapat merubah paradigma masyarakat tentang energi alternatif listrik. Sumber energi aternatif bermacam-macam, tetapi yang melimpah di Indonesia adalah tenaga matahari.
“Intensitasnya sangat tinggi dan melimpah dibanding negara lain,” jelasnya.
Kegiatan pengenalan energi alternatif panel surya ini direncanakan secara berjenjang. Mulai dari level SD, masyarakat umum, bahkan hingga pemerintah. Hal ini sebagai upaya jurusan TE-UB untuk mendukung wacana sistem Micro Smart Grid Technology Design (sistem sumber tenaga listrik mandiri).
“Untuk mendukung smart grid dibutuhkan penerapan panel surya yang banyak. Maka kami menghimpun dukungan dari bawah untuk menumbuhkan mindset dan akhirnya berkembang bersama,” tutur alumni Miyazaki University itu.
Eka menjelaskan, potensi tenaga matahari di Indonesia sangat besar dengan rata-rata 4,8 kW/hari/m2. Dengan potensi ini, cukup untuk mensuplai kebutuhan listrik rumah tangga dengan mandiri.
Namun untuk membuat sistem yang besar masih terkendala biaya. Hal ini disebabkan dukungan dan industri solar cell di Indonesia belum tersedia.
“Seandainya buat sendiri bisa lebih murah. Negara-negara maju sudah menerapkan,” ujar Eka.
Sementara itu, guru pendamping SD Surya Buana Hartutik Nurul Kasanah S.Pd menjelaskan bahwa tujuan kunjungan ini untuk mengenalkan lebih dekat siswa tentang sumber energi terbarukan ditunjang dengan perangkat panel surya yg dimiliki TE-UB.
“Kalo daripihak SD nama kegiatannya adalah Studi Visual. Jadi siswa belajar dari apa yang berpotensi dan bisa diterapkan,” ungkapnya. (and)
Sumber Berita:
Republika
Both comments and pings are currently closed.